Oleh: Hadijah
Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Undhari
www.gemaundhari.com
Nama saya Hadijah dan biasa dipanggil Dija. Saya lahir Limbur Lubuk Mengkuang pada tanggal 9 April 2002. Saya merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara dan memiliki dua kakak perempuan yang usianya enam tahun lebih tua dari saya. Kemudian ibu saya adalah seorang ibu rumah tangga, sedangkan ayah saya adalah seorang petani karet dan sawit.
Saya beralamat di Limbur Lubuk Mengkuang, kabupaten Bungo, provinsi Jambi. Tempat tingal saya termasuk daerah pelosok yang lumayan jauh dari keramaian dan akess jalan lumayah jelek dan parah. Namun, tempat tingal saya dikenal dengan keindahan alam, jadi kalau masalah wisata juga termasuk menjadi tujuan wisata bagi generasi muda dan masyarakat sekitar
Pada saat umur saya 5 tahun saya sudah masuk di jenjang SD. Waktu itu saya sekolah Di SD 139/II salah satu sekolah dasar tempat tinggal saya, pada jenjang ini saya selalu mendapat peringkat 3 besar. Karena masa kecil saya belum ada permainan modern seperti zaman sekarang, dulu Masih fokus kesekolah dan bermain tradisional yang malah menambah wawasan.
Setelah lulus dari jenjang SD berkeinginan untuk melanjutkannya, namun, di dini ada sedikit kontroversi dari kedua orang tua saya, karena ubu saya menginginkan saya sekolah pasantren (mondok). Sedangkan ayah saya menginginkan saya sekolah SMP di tempat saya tinggal. Setelah banyak pro kontra antara kedua orang tua saya, dan akhirnya saya memutuskan untuk sekolah SMP di tempat tinggal saya.
Setelah lulus dari jenjang SMP saya melanjutkan ke jenjang MA dijenjang ini saya melanjutkan sekolah yang dekat dari rumah saya. Pada jenjang ini saya banyak mengalami perubahan karena saya sedikit kena virus online yang membuat nilai saya turun drastis. Ini pertama kalinya membuat orang tua saya kecewa pada nilai saya. Setelah kejadian itu saya bertekat memperbaiki nilai saya di sekolah. Dan saya berjanji tidak membuat orang tua saya kecewa.
Dan pada kelas 11 SMA saya mulai serius lagi untuk sekolah dan nilai saya juga mulai meningkat lagi. Pada kelas 11 saya mulai mengikuti banyak organisasi mulai dari OSIS dan saya diamanahkan menjabat sebagai bendahara, selanjutnya, selain itu, saya juga mengikuti organisasi Kesenian dan kepramukaan.
Setelah lulus dan jenjang MA saya ingin melanjutkan perkuliahan, Di saat pendaftaran SNMPTN,saya tidak lolos dan saya merasa sedikit down. Karena kalau daftar mandiri pasti orang tua saya tidak mampu untuk membiayai. Akhirnya saya mutuskan untuk ngangur selama setahun rasanya sama sekali tidak enak, sering dijodohkan, di olok-olok karena tidak kuliah bahkan di rendahkan dari orang-orang terdekat, akhirnya orang tua saya meminta saya untuk kuliah yang dekat dari kampung halaman saya. Baru mau daftar ke salah satu universitas terdekat kampung halaman saya agar tidak jauh dari orang tua saya. Akhirnya kuliah di hentikan karena ayah saya sakit parah.
Setahun sudah berlalu ayah sembuh dan ayah meminta saya untuk melanjutkan perkuliahan saya, awal-awal saya tidak mau karena sudah terlalu lama menganggur tetapi ayah selalu meyakinkan saya bahwa menuntut ilmu itu wajib dan menuntut ilmu itu tidak terlihat dari umur.
Berbagai cara dan upaya agar aku kuliah, ayah dan ibu saya rela menjual cincin emas kesayangan ibu yang dia dapatkan dari keringatnya sendiri.
Akhirnya saya memutuskan untuk kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta.
Perjalan kuliah baru di mulai, perjalanan yang benar-benar ingin membuktikan kepada orang tua bahwa aku mampu dan akan aku bahagiakan mereka, Di saat lagi semangat-semangatnya, dan gigih dalam pendidikan di saat saya berada pada semester (3) tiga ayah saya kembali sakit parah, saat dalam posisi lagi ujian di telepon sama ibu karena harus menyusul ke rumah sakit, karena kondisi ayah memburuk. 4 hari di rumah sakit, dokter memutuskan operasi penyakit ayah, setelah operasi ayah masuk ICU, di sana dunia terasa benar-benar tidak adil, selalu bertanya dalam hati kecil “kenapa harus saya yang merasakan ini semua yaa Rab”, di ruangan kecil itu doa tulus selalu di panjatkan dengan berlinang air mata berharap orang terkasih bisa sembuh, berharap ada keajaiban dari sang pencipta.
Belum sempat membahagiakan ayah, tapi Allah berkehendak lain, Allah lebih sayang ayah, pada hari Selasa, tanggal 14 November 2023, pukul 13.00 Wib. Rasanya hancur karena orang yang tersayang telah tiada untuk selama-lamanya. Ayah mungkin sudah tiada, tetapi membahagiakan ayah dan membuat ayah bangga tidak akan pernah berhenti, tidak peduli seberapa jauh jaraknya aku tetap ingin memberitahu dunia bahwa aku sangat bangga melihat betapa hebatnya seorang ayah karena telah berjuang hingga titik terakhir hidup ayah.
Terima kasih telah menjadi ayah yang luar biasa hebat, semoga ayah mendapat balasan surganya Allah. Perjuangan membahagiakan ayah dan ibu tidak akan pernah berhenti, sekarang, esok, dan selamanya. (Editor: AS)