Oleh: Puji
Mahasiswa Prodi S-1 Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UNDHARI

Setiap manusia lahir ke dunia ini dengan membawa kelebihan dan kekurangannya masing- masing. Tidak ada satu pun manusia yang sepenuhnya terlahir sempurna ,Karena ketidak sempurnaan itu sendiri merupakan bagian dari kodrat manusia. Namun dalam realitas kehidupan , Kita sering kali lebih pokus dengan apa yang kurang dari pada yang kita miliki.

Kesalahan dimasa lalu, penyeselan, Keterbatasan kemampuan, serta kegagalan yang pernah kita alami sering kali menjadi hal yang salalu menghantui kita. Ditengah lingkungan sosial yang gemar sekali membandingkan pencapaian dan menuntut kesempurnaan, Berdamai dengan kekurangan kita menjadi sesuatu yang sangat sulit. Tetapi sangat penting untuk kita melakukannya.

Berdamai dengan kekurangan kita bukan berarti kita menyerah dengan keadaan ini atau berenti berusaha menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sebaliknya,Berdamai dengan diri merupakan sebuah keberanian untuk mengakui bahwa kita adalah manusia yang sedang berproses. Kekurangan kita bakanlah hal yang harus kita sembunyikan, Melainkan bagian dari sebuah perjalanan menuju kedewasaan.

Banyak orang yang merasa dirinya tidak berharga gagal memenuhi standar yang ditetapkan lingkungan, Keluarga,, atau bahkan media sosial. Padahal, setiap orang memiliki jalannya masing-masing, Dengan waktu dan tantangan yang berbeda. Apa yang terlihat sempurna dalam diri orang lain sering kali hanya menampilkan sisi luarnya saja, sementara perjuangan dan luka yang telah mereka alami tidak selalu tampak.

Proses menerima kekurangan tidak berlangsung dalam waktu singkat. Ada hari-hari dimana kita merasa kuat dan juga percaya diri, Namun ada pula saatnya keraguan kembali muncul dan membuat kita bertanya-tanya dengan kemapuan diri sendiri. Naik dan turunnya perasaan adalah hal yang sangat wajar. Justru ini adalah proses dimana kita belajar memahami diri sendiri secara lebih mendalam. Ketika kita dapat menerima kekurangan dengan lapang dada, Kita tidak lagi terjebak pada penyesalan yang berkepanjangan.Kita sudah mulai menyadari bahwa menyalahkan diri secara terus-menerus hanyalah sia-sia, sementara menerima diri dan membuka ruang untuk bertumbuh.

Dari penerimaan itulah, konsep berteman dengan diri sendiri mulai terbentuk. Berteman dengan diri berarti sama dengan kita memperlakukan sahabat seperti memberi dukungan kitika ia mengalami kegagalan, memberi pengertian saat dia lelah, dan tidak menghakimi saat dia melakukan kesalahan. Sayangnya banyak orang yang menjadi musuhnya sendiri. kita sering berkata kasar pada diri sendiri, menuntut kesempurnaan, dan merasa tidak pernah cukup baik. Padahal, diri sendirilah yang selalu menemani kita dalam keadaan apapun di setiap fase kehidupan. Jika kita tidak mampu bersahabat dengan diri sendiri, maka perjalanan hidup ini akan terasa jauh lebih berat.

Bersahabat dengan diri sendiri dapat dimulai dengan hal yang sederhana. Memberi waktu untuk beristirahat tanpa adanya rasa bersalah, mengakui kesalahan tanpa merasa diri kita lemah, serta menghargai pencapaian sekecil apapun itu adalah bentuk kepedulian pada diri sendiri. disini kita juga belajar bahwa menjadi orang yang kuat itu bukan berarti tidak pernah rapuh. Dan menjadi dewasa bukan berarti selalu benar. Justru dengan menerima sisi rapuh itulah, kita bisa tumbuh menjadi pribadi yang lebih bijak dan utuh.

Pada akhirnya, berdamai dengan kekurangan serta berteman dengan diri sendiri adalah perjalanan panjang yang penuh makna. Menghargai diri sendiri bukanlah sebuah kesombongan, merupakan kebutuhan agar kita bisa hidup dengan seimbang. Ketika kita dafat menerima diri kita apa adanya ,berarti kita membangun pondasi yang kokoh untuk berkembang. Dengan menjadikan diri sendiri sebagai sahabat, kita melangkah ke depan dengan hati yang ringan, pikiran yang jauh lebih tenang , dan kehidupan yang jauh lebih bermakna.

Lebih dalamnya berdamai dengan diri juga berkaitan dengan bagaimana seseorang memaknai kegagalalan. Dalam banyak situasi kegagalan sering dianggap sebagai akhir dari segalanya, padahal sesungguhnya kegagalan adalah bagian dari proses belajar. Kitaka seseorang mampu berdamai dengan kekurangan dirinya, maka ia akan melihat kegagalan sebagai pengalaman, bukan sebagai peniian atas harga dirinya.

Perspektif ini dapat membantu seseorang untuk bangkit dengan lebih tenang dan tidak larut dalam rasa kecewa yang berlebihan. Selain itu, berteman dengan diri sendiri berarti juga mampu menetapkan batasan yang sehat dalam kehidupan. Tidak semua tuntunan harys di penuhi dan tidak semua harapan orang lain harus diikuti. Dengan mengenal diri sendiri secara lebih jujur, seseorang dapat menentukan kapan harus berkata’’ iya’’ dan kapan harus berkata ‘’ tidak’’ tanpa adanya rasa bersalah. Batasan ini penting agar diri tidak kelelahan secara emosional dan mental, serta twtap mampu menjaga keseimbangan antara kewajiban dan kebutuhan pribadi.

Dalam jangka panjang, sikap berdamai dengan diri dan menjalin persahatan dengan diri sendiri akan membentuk pribadi yang lebih kuat secara mental. Seseorang menjadi lebih kuat akan tekanan, lebih bijak dalam mengambil keputusan, dan tidak mudah goyah akan penilaian orang lain. Ia memahami bahwa nilai dirinya tidak ditentukan oleh kesempurnaan, melainkan oleh kesungguhan dalam menjalani proses kehidupan .

Dengan demikian, berdamai dengan kekurangan dan berteman dengan diri sendiri bukan sekadar konsep reflektif, melainkan keterampilan hidup yang perlu terus dilatih. Semakin seseorang mengenal dan menerima dirinya, semakin seseorang mengenal dan menerima dirinya, semakin besar pula kemampuannya untuk menjalani hidup dengan penuh kesadaran, ketenangan, dan rasa syukur.

Share.
Leave A Reply

Exit mobile version